Jumat, 18 Maret 2011

Jalan di Lima Desa di Banda Pusaka Rusak

* Hasil Pertanian Sulit Dipasarkan
Fri, Feb 4th 2011, 08:33

KUALA SIMPANG - Hasil pertanian di lima desa dalam Kecamatan Banda Pusaka, Aceh Tamiang sulit dipasarkan karena jalan yang melintasi ke lima desa ini rusak dan berkubang. Sementara ongkos angkutan naik dua kali lipat karena truk harus ditarik menggunakan mobil “grandong” (mobil gerdang dua).

Sekretaris Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Bandar Pusaka, M Hendra kepada Serambi, Kamis (3/1) mengatakan, lima desa yang terparah mengalami kerusakan jalan meliputi Desa Rantau Bintang, Desa Pante Cempa, Desa Pengidam, Desa Bengkelang, dan Desa Batu Bendulang.

“Banyaknya badan jalan yang rusak sangat menyulitkan petani mendistribusikan hasil buminya ke luar kecamatan. Ditambah lagi, biaya angkut hasil pertanian juga lebih tinggi,” kata Hendra.

Hendra mencontohkan, untuk mengangkut getah karet, pisang, pinang, dan coklat petani harus mengeluarkan biaya angkutan sebesar Rp 1 juta. “Untuk biaya mobil angkutan Rp 500 ribu ditambah Rp 500 ribu untuk biaya tarik truk yang terperosok di jalan berkubang menggunakan mobil “grandong” dan menggunakan wing (alat penarik jenis katrol),” ujarnya.

Untuk mengangkut buah kelapa sawit, petani harus menggeluarkan biaya angkutan sebesar Rp 80/kg ditambah dengan biaya tarik sebesar Rp 500 ribu. Pada saat musim penghujan jalan bertambah rusak bagaikana kubangan kerbau. Kondisi ini membuat petani tidak dapat memasarkan hasil produksi pertanian karena jalan tidak bisa dilalui sehingga sebagian besar hasil panen membusuk. “Musim penghujan jalan rusak hasil panen membusuk membuat petani merugi,” ujarnya lagi.

Kecamatan Bandar Pusaka salah satu kecamatan terparah yang terkena dampak banjir bandang tahun 2006. Selain merusak permukiman, banjir bandang juga merusak mata pencaharian warga yang mayoritas bergerak di bidang pertanian dan juga merusak infrastruktur jalan yang ada di desa.

Kondisi jalan rusak sebut Hendra, mempengaruhi kegiatan warga terutama aktivitas pengangkutan hasil bumi. “Murid sekolah saat menuju sekolah harus menggunakan celana pendek dahulu sebelum berangkat kesekolah karena jalan yang dilalui seperti kumbangan kerbau,” sebutnya.

Beberapa waktu lalu, Datok Penghulu kelima desa melalui Camat sudah meminta kepada Bupati segera memperbaikan jalan yang rusak. “Pascabanjir bandang Desember 2006, belum ada perbaikan jalan di lima desa tersebut baik bersumber dana APBK, APBA maupun dana APBN. Warga berharap Pemkab Tamiang dan Pemerintah Aceh dapat memperbaikin jalan yang melintasi lima desa tersebut,” ujar Hendra.(md)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar