Selasa, 26 Juli 2011

PTPN Buka Lahan Baru di Aceh Tamiang

Mon, May 23rd 2011, 08:56

KUALASIMPANG – PT Perkebunan Nusantara-I (Persero) Aceh bersama PTPN IV membuka lahan baru untuk tanaman kelapa sawit seluas 3.200 hekter di Desa Bandong, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang.

Sayid Abdurrahman, dari Kantor Direksi PTPN I Aceh kepada Serambi Sabtu (21/5) mengatakan, pembukaan kebun sawit di Aceh Tamiang merupakan program perusahaan BUMN ini untuk pengembangan perkebunan rakyat seluas 3.200 hektare.

Untuk menindaklanjutinya, Komisaris PTPN I dari Jakarta, Indra Aidil didampingi tim audit, T Fauzi dan Barliansyah serta Sayid Abdurrahman dari Kantor Pusat PTPN I, Jumat (20/5) bersilaturrahmi dengan Bupati Aceh Tamiang, Drs Abdul Latief.

Menurut Sayid Abdurrahman, pembukaan kebun baru tersebut dalam rangka memperluas kebun plasma bagi masyarakat Aceh Tamiang sehingga setiap warga berkesempatan memiliki kebun sendiri. Dampak dari pembukaan kebun plasma ini akan membuka lapangan kerja karena terjadi penyerapan tenaga kerja sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi warga. “Kita berharap semua pihak mendukung program pembukaan kebun rakyat tersebut dan PTPN I dan PTPN IV menjadi bapak angkatnya,”ujarnya.(md)

sumber : serambinews.com

Rabu, 13 Juli 2011

Datok Minta Dishut Sosialisasi Soal Kayu Rakyat

Wed, May 18th 2011, 08:27

KUALASIMPANG - Seiring dengan seringnya warga yang mengangkut kayu rakyat ditangkap polisi, maka Keuchik (Datok) Pengidam, Kecamatan Babo, Aceh Tamiang, meminta Dinas Kehutanan (Dishut) segera melaksanakan sosialisasi soal kayu rakyat.

Datok Penghulu Pengidam, Idris, kepada Serambi Selasa (17/5) mengatakan, selama ini Dishut Aceh Tamiang tidak pernah mensosialisasikan kepada para datok dan masyarakat menyangkut dengan aturan dalam mengeluarkan kayu rakyat. Sehingga selama ini di lapangan ada kayu rakyat yang dibawa keluar dari desa untuk dijual hanya yang hanya menggunakan surat keterangan datok ditangkap pihak berwajib.

“Seharusnya Dishut mensosialisasi kepada masyarakat dan datok, sehingga masyarakat tahu yang mana kayu rakyat dan kayu yang dilindungi, serta aturan-aturan hukum yang harus dipatuhi,”ujar Datok Idris.

Selama ini, masyarakat sering dipersalahkan menyangkut dengan kayu rakyat tersebut.”Selama ini pemahaman warga dan para datok menyangkut masalah administrasi kayu rakyat itu sangat minim. Bagaimana kita tahu aturan, jika instansi terkait tak pernah mensosialisasikan kepada warga,”tegasnya. Karena itu, Datok Idris mengharapkan agar instansi terkait segera melakukan sosialisasi soal kayu rakyat tersebut kepada masyarakat di pedalaman, yang rata-rata penghidupannya dari hasil hutan.(md)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 21 Juni 2011

Kadishut Tamiang Minta PT AS Hentikan Aktifitas

Sat, Apr 23rd 2011, 09:13

KUALASIMPANG – Belasan perwakilan warga dari tiga desa, yaitu Pematang Durian, Kecamatan Sekrak, Desa Wonosari dan Kaloi, Kecamatan Tamiang Hulu, Rabu (20/4) berdelegasi ke Dinas Kehutanan, Aceh Tamiang. Dalam pertemuan itu, Kadishut Syahri SP menyatakan, berkaitan dengan aktifitas perusahaan perkebunan PT Anugerah Sikumur (PT AS) yang dituding telah menyerobot lahan desa telah dilakukan tinjauan lapangan belum lama ini bersama unsur Polres, serta POM Tamiang.

Menurut Syahri, hasil dari tinjauan itu telah dilaporkan ke Bupati Aceh Tamiang dengan rekomendasi agar perusahaan perkebunan itu dihentikan sementara. Sedangkan menyangkut dengan proses hukum, sepenuhnya diserahkan kepada pihak Polres Aceh Tamiang. Sedangkan PT MPLI yang juga dituding menyerobot lahan warga di Kecamatan Tamiang Hulu, menurut Syahri, juga sudah dilaporkan dan meminta klarifikasi dari BPN Aceh yang mengeluarkan HGU di luar areal penglepasan kawasan hutan. “Semua aktivitas perusahaan perkebunan itu kita minta dihentikan dulu sampai semua persoalan jadi jelas,” pungkas Syahri.

Sedangkan dalam pertemuan itu masyarakat dari desa pedalaman itu meminta minta ketegasan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tamiang terhadap penyerobotan lahan oleh perusahaan perkebunan itu. Masyarakat yang juga didampingi oleh Direktur Eksekutif LSM Lembahtari, Sayed Zainal M SH, juga menyampaikan berbagai keluhan menyangkut dengan kehadiran perusahaan perkebunan di desa mereka.

Tokoh masyarakat Desa Pematang Durian, Jamaluddin mengatakan, desanya berdiri sejak tahun 1965, saat itu batas desa dari Bukit Panjang, Tualang Kedal dan Bukit Alur. Namun sejak masuk PT AS, setengah lahan dari desa dijadikan areal perkebunan. “Entah bagaimana cara, sehingga sebagian lahan desa telah diklaim sebagai lahan perkebunan. Kami berharap Pemkab cepat menyelesaikan masalah tersebut,” pintanya.

Hal serupa juga dilaporkan Nono, tokoh pemuda Desa Wonosari, Kecamatan Tamiang Hulu. Katanya, PT Sinar Kaloy Perkasa Indo (SKPI) juga telah membabat lahan milik rakyat dari program tanaman karet yang dibuat Dishutbun Aceh Tamiang. Selain itu, hutan yang di garap juga masuk dalam kawasan Konservasi Gunung Titi Akar yang telah ditetapkan oleh Dishutbun dan DPRK.

Sedangkan Aswan, seorang tokoh dari Kaloy juga mengungkapkan, PT MPLI juga telah menyerobot lahan milik warga yang sudah ditanami karet dan sawit. Katanya, perusahaan juga memindahkan patok yang dipasang oleh BPN dengan tujuan untuk melebarkan lahan HGU. “Kami minta sikap tegas Pemkab Aceh Tamiang untuk menghentikan aktifitas perusahaan perkebunan itu, sehingga persoalan dapat diselesaikan,” ujarnya.(md)

Sumber : Serambinews.com

Duel Maut Dengan Babi, Ibrahim Kritis

Mon, Apr 18th 2011, 08:18

Ibrahim (31), warga Gampong Matang Teupah, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, menjalani perawatan intensif di IGD RSUD Langsa. Dirinya terlibat duel maut dengan seekor babi hutan yang turun ke desanya, Minggu (17/4) sekitar pukul 10.00WIB Siang, hingga mengalami luka serius. PROHABA/ZUBIR

LANGSA – Pemuda Ibrahim (31), warga Gampong Matang Teupah, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, Minggu (17/4) sekitar pukul 10.00 WIB, terlibat duel maut dengan seekor babi hutan. Akibatnya korban sekarat dan mengalami luka parah dan terpaksa dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Langsa. Pasca insiden itu, babi hutan tersebut berhasil dibunuh warga setempat.

Korban, Ibrahim, ketika berada di IGD Ruma Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa, kepada Prohaba, Minggu (17/4), mengatakan, pada awalnya sekitar pukul 10.00 WIB, korban Ibrahim yang sedang berjalan kaki di sekitar permukiman warga di Gampong Matang Teupah, tiba-tiba melihat tiga orang anak-anak berlarian ketakutan.

Ternyata ketiganya sedang lari pontang panting karena diburu oleh seorang babi hutan ukuran besar. “Waktu itu jarak babi hutan itu dengan tiga anak tersebut ada sekitar 10 meter jauhnya, sehingga sambil berlari mereka akhirnya berhasil menyelamatakan diri naik ke atas pohon. Namun saat itu babi hutan tersebut bukannya pergi, tetapi tetap terus menunggu anak-anak itu di bawah pohon,” katanya.

Melihat hal itu, korban Ibrahim mendekat ke lokasi untuk mengusir babi hutan bertubuh besar dan memiliki taring panjang. Korban datang dengan cangkul di tangan. Namun babi hutan bukannya takut, tapi malah balik menyerang korban, sehingga terjadilah duel maut antara kedua makhluk Allah itu.

Dalam adegan perkelahian itu korban sempat terkena gigitan taring tajam babi hutan tersebut hingga mengalami luka serius. Luka serius yang dialami korban diantaranya, paha kiri harus mendapatkan jahitan hingga puluhan jahitan. Selain itu, lengan kanan dan telapak tangan kiri korban juga mengalami luka gigitan babi tersebut.

Menurut korban, ketika korban sedang sekarat tiba-tiba muncul sejumlah pemuda yang langsung memberikan pertolonga pada korban, dan berhasil mengusir babi hutan tersebut. Selanjutnya pada hari itu juga, puluhan warga langsung melakukan penyisiran dan berhasil melumpuhkan babi hutan tersebut.

Saat ini korban telah dirawat di RSUD Langsa untuk menjalani proses penyembuhan luka parah akibat duel mautnya dengan babi hutan, yang sejak sepekan terakhir berada di Gampong Matang Teupah.(c42)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 06 Juni 2011

Rawan Banjir, Tamiang Butuh Depot Logistik

Tue, Apr 5th 2011, 16:54

KUALA SIMPANG - Tiga kecamatan di Aceh Tamiang, Banda Pusaka, Tamiang Hulu, dan Tenggulun, rawan terjadi banjir yang memutuskan hubungan jalan darat. Akibatnya di ketiga kecamatan itu butuh depot logistik bencana sehingga penanganan awal bencana dapat teratasi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tamiang, Zagusli, kepada Serambinews.com, Selasa (5/4/2011), mengatakan, belajar dari pengalaman terjadi banjir di Tamiang depot logistik bencana sangat dibutuhkan untuk penanggulangan awala bencana. Ketiga daerah ini ketiga terjadi banjir memutuskan hubungan jalan darat sementara dari jalur sungai rawan untuk di tempuh.
Disamping itu, keberadaan depot logistik bencana akan memudahkan pemetaan peta bencana disetiap kecamatan secara lebih detil. Kecamatan yang rawan banjir lainnya di Tamiang, Manyak Payed dan Bendahara,” demikian Zagusli (muhammad nasir)

Sumber : Serambinews.com

Terkait Sengketa Gua Kapal, Pemkab Tamiang dan Langkat Sumut Sepakat Bermusyawarah

Tue, Apr 5th 2011, 08:33

KUALA SIMPANG - Pemkab Aceh Tamiang dan Pemkab Langkat, Provinsi Sumatera Utara sepakat akan menyelesaikan sengketa sarang burung walet Gua Kapal secara musyawarah berpedomana pada peta topografi TNI angkatan darat tahun 1978, dan sejarah serta batas alam yang diakui masyarakat setempat.

Sekretarsi Daerah (Sekda) Aceh Tamiang, Saiful Bahri SH kepada Serambi, Senin (4/4) mengatakan, sengketa sarang burung walet gua kapal Tenggulun yang telah menahun akan diselesaikan secara musyawarah dengan Pemkab Langkat Provinsi Sumut. “Kita telah sepakat untuk menyelesaikan masalah sengketa Gua Kapal Tenggulun dengan Pemkab Langkat secara bermusyawarah berdasarkan fakta-fakta berupa peta topografi TNI tahun 1978,”ujar Saiful Bahri.

Bahkan, tambah Saiful Bahri, pada Selasa (29/3) lalu Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam telah memanggil pejabat dari Pemkab ACeh Tamiang dan Pemkab Langkat Sumut guna membicarakan masalah penyelesaian sengketa sarang walet Gua Kapal tersebut.

“Pada dasarnya antara Kabupaten Langkat dan Aceh Tamiang tidak berselisih, sehingga pemasangan patok yang telah dilakukan setahun lalu tetap dilanjutkan dengan mengabaikan SK Dirjen DPHKA yang baru itu,” tambah Sepriyanto lagi.

Pedoman pemasangan pilar tapal batas berdasarkan peta fotografi TNI AD tahun 1978 yang menjadi standar nasional dan berpedoman pada sejarah dan batas alam yang diakui masyarakat setempat. Dengan dilakukan pemasangan pilar batas utama (PBU) di kawasan Aceh Tamiang, nantinya akan jelas batas wilayah kedua provinsi bertetangga tersebut.(md)

Sumber : Serambinew.com

Rabu, 01 Juni 2011

Abrasi Sungai Kampong Mulai Hantam Warga

Thu, Mar 31st 2011, 09:02


Abrasi Sungai Tamiang kian mengganas. Warga berharap pemerintah membangun tanggul di sepanjang tebing sungai tersebut. Foto direkam Rabu (30/3). SERAMBI/M NASIR

KUALA SIMPANG–Pemkab Aceh Tamiang dinilai kurang peduli terhadap abrasi Sungai Kampong (desa) Selamat, Kecamatan Tenggulun, Aceh Tamiang yang semakian parah. Setiap hari erosi menghantam pemukiman warga. Kondisi ini sudah terjadi sejak 15 tahun yang lalu, sehingga mengkhawatirkan puluhan warga yang rumahnya berdekatan dengan tebing sungai.

Datok Kampong Seulamat, Poniran kepada Serambi, Rabu (30/3) mengatakan, abrasi Sungai Selamat sudah terjadi sejak 15 tahun yang lalu. Saat itu jarak tebing sungai dengan rumah warga sekitar 100 meter, namun saat ini jaraknya tinggal delapan meter. Berulang kali warga sudah mengusulkan proposal pembangunan bronjong tebing sungai kepada pemerintah, namun sampai saat ini belum ada tanggapan.

Bukan saja pemukiman warga yang terancam, setengah badan jalan desa juga sudah runtuh. Abrasi sungai sudah mencapai 650 meter. “Setiap hujan tebing sungai runtuh, terlebih kalau hujan lebat tanah yang runtuh besar-besar,” ujarnya.

Warga yang tidak terbiasa melewati jalan tersebut dipastikan tidak berani melewatinya terlebih bagi kenderaan yang membawa muatan barang. “Mau tidak mau warga harus melewati jalan tersebut, karena tidak ada jalan lain,” ujarnya.

Sudah dua warga menjadi korban jatuh ke dalam jurang bersama sepeda motornya ke dalam sungai sejauh 15 meter. “Untung orang Desa Selamat bisa berenang sedikit-sedikit, kalau warga luar desa lain tidak berani jamin selamat karena kondisi air sungai dalam,” ujarnya.

Mereka sangat mengharapkan agar Pemerintah Aceh turun tangan membangun bronjong sungai untuk mengantisipasi runtuhan tanah tebing sungai lebih jauh lagi, karena jaraknya saat ini sangat dekat dengan rumah penduduk. Pembangunan tersebut selain mengantisipasi terjadinya longsor juga diharapkan menanggulangi reruntuhan pemukiman penduduk.

“Saya sangat mengharapkan pembangunan brojong dibangun secepatnya, apalagi musim hujan yang tidak menentu dapat meruntuhkan lahan pemukiman warga yang berada di bantaran sungai,” ujar Amat, warga lainnya.(md)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 28 Maret 2011

Warga Kuala Penaga Minta Dibangun Jalan

Bertahun-tahun Terisolir
Thu, Feb 17th 2011, 08:41

KUALA SIMPANG - Warga Kampung Kuala Penaga, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang telah bertahun-tahun terisolir. Untuk pergi atau pulang ke rumah, warga di sana terpaksa menggunakan sampan melayari sungai. Warga meminta Pemkab Tamiang membuka jalan darat menuju desa mereka.

Datok Penghulu Kuala Penaga, T Saiful Efendi kepada Serambi, Rabu ( 16/2) mengatakan, Kuala Penaga terletak di pesisir pantai Selat Malaka dan saat ini sudah direlokasi ke kawasan Alur Nireh. Bertahun-tahun lamanya warga desa ini hidup terisolir. Selain tak ada prasarana transportasi jalan darat, di desa ini juga tak memiliki listrik.

Menurut Saiful, untuk membuka keterisolasian tersebut perangkat kampung sudah mengusulkan kepada Pemerintah Aceh agar membuka jalan tembus dan adanya jaringan listrik PLN di desa mereka.

“Satu-satunya sarana transportasi menuju Desa Kuala Penaga melalui jalur sungai, dengan ongkos Rp 5.000 per orang, dan waktu tempuh selama satu jam. Tapi berangkatnya tidak tiap jam karena boat menunggu orang banyak baru bisa berangkat,” katanya.

Sementara mengenai listrik, sejak pindah ke lokasi yang baru di Alur Nireh, hingga kini penduduknya belum menikmati adanya penerangan dari PLN. Warga sangat menginginkan jaringan listrik masuk ke desa mereka karena selama ini penduduk menjalani malam tanpa adanya penerangan yang baik.

Lebih sedih lagi anak-anak belajar dan mengaji pada malam hari menggunakan penerangan lampu tenaga surya yang terbatas daya tahannya. “Penerangan tenaga surya daya tahannya sangat terbatas, sehingga aktifitas malam tidak bisa dilakukan,” ujarnya lagi. Memang, kata Saiful, ada juga warga yang menggunakan mesin listrik milik pribadi tapi sangat mahal biayanya, Rp 4.000 untuk satu bola lampu.

Mobilizer Program Logica2 Desa Kuala Penaga, Erwan yang selama ini mendampingi perberdayaan warga Kuala Penaga, mengatakan, kebutuhan yang sangat mendesak untuk Kampung Kuala Penaga adanya jaringan listrik PLN dan jalan tembus darat.

”Dengan adanya PLN dan jalan tembus warga akan mudah membawa ke luar hasil laut untuk dipasarkan sehingga pendapatan ekonomi warga meningkat. Untuk pemasangan jaringan lisrtrik pihak PLN hanya memerlukan sebanyak 150 tiang listrik mencapai lokasi perumahan Kuala Penaga,” katanya.(md)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 22 Maret 2011

Jembatan Meurandeh Ditopang Pohon Kelapa

Dua Kali Ambruk
Fri, Feb 11th 2011, 08:50

Jembatan Desa Meurandeh, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang kondisinya rusak parah. Sebagian besar tiang penyangga dan besi jembatan diganti warga dengan pohon kelapa. Meski sudah dua kali ambruk ke sungai namun sampai saat ini jembatan itu belum diperbaiki oleh pemerintah. Foto direkam Kamis (10/2). SERAMBI/M NASIR

KUALA SIMPANG – Sudah dua kali ambruk ke sungai namun sampai saat ini pemerintah belum juga memperbaiki sebuah jembatan di Kampong Meurandeh, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang, sepanjang 100 meter. Kondisi jembatan itu memprihatinkan. Sebagian besar tiang penopang jembatan dipasang batang pohon kelapa oleh warga.

Pantauan Serambi, Kamis (10/2), besi H bagian bawah jembatan di beberapa bagian ada yang putus dan berkarat digantikan batang pohon kelapa. Begitu juga tiang penyangga ke sungai. Salah satu pondasi di ujung jembatan tidak ada lagi sudah rubuh ke sungai. Bagian sebelah kanan jembatan besi pengaman juga tidak ada.

Ketua Pemuda Kampong Meurandeh, Marzuki (30) mengatakan, pertama kali jembatan itu ambruk pada tahun 2006 akibat besi H berkarat dan putus. Kemudian secara swadaya masyarakat meperbaikinya dengan menyambung besi H yang putus dengan pohon kelapa. Begitu juga dengan tiang penyangga jembatan juga diganti dengan pohon kelapa yang dibeli Rp 300 ribu per batang.

Akhir Desember 2010 untuk kedua kalinya jembatan tersebut ambruk. Bagian ujung jembatan, rubuh ke dalam sungai. Agar bisa melewati jembatan tersebut, warga secara bergotong royong kembali memperbaikinya. Besi yang patah diganti dengan batang pohon kelapa dan menimbun bagian ujung jembatan dengan tanah. Kini kondisi ujung jembatan menurun dan melengkung.

Jembatan tersebut merupakan salah satu infrastruktur yang menghubungkan Desa Meurandeh dengan desa lainnya untuk mengeluarkan hasil bumi dan tangkapan laut. Truk yang berani melewati jembatan tersebut hanya jenis Chevrolet, sedangkan jenis truk colt tidak ada yang melintas lagi.

Warga sudah berulang kali meminta pemerintah, baik Pemerintah Aceh maupun Pemkab Aceh Tamiang agar segera memperbaiki jembatan tersebut. Namun sampai saat ini belum ada kejelasan. “Jembatan ini sudah tidak layak pakai lagi. Jika tidak segera
diperbaiki, warga khawatir sewaktu-waktu akan memakan korban jiwa,” ujar Marzuki.(md)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 21 Maret 2011

Pengendara Terperosok dan Jatuh ke Sungai

Jembatan Lubuk Gayo Rusak Parah
Sat, Feb 5th 2011, 09:22

KUALA SIMPANG - Jembatan Lubuk Gayo di Desa Meunasah Paya, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang, kondisinya rusak parah. Bahkan bagian ujung jembatan sudah miring sehingga banyak korban yang terperosok dan jatuh ke dalam sungai. Pantauan Serambi, Jumat (4/2), kondisi alas jembatan yang terbuat dari kayu sebagian sudah lapuk dan patah sehingga di beberapa bagian terdapat lubang yang menganga. Begitu juga salah satu ujung jembatan juga terlihat miring karena pondasi jembatan turun.

Bagian sayap jembatan juga terjadi longsor dan memakan badan jalan. Warga yang melintas terpaksa harus berhati-hati jika tidak ingin terperosok dalam lubang dan tercebur ke dalam sungai. Hatta (40) warga Desa Gelanggang Merak mengaku setiap hari melintas jembatan yang rusak tersebut karena merupakan jalan utama kecamatan. Sebagian mobil milik pedagang pada hari pekan di Desa Telaga Muku mau tidak mau harus melewati jembatan tersebut karena jalan melalui dari Sungai Yu terlalu jauh memutar.

“Beberapa waktu lalu salah seorang pedagang yang mengendarai sepeda motor terperosok dan kecebur ke dalam sungai akibat badan jalan menuju jembatan miring sehingga seluruh keranjang pakaian basah,” katanya. Selain itu seorang ibu rumah tangga terperosok ke dalam lubang alas jembatan yang rusak. Pengemudinya terkejut dan terjatuh namun tidak sampai tercebur ke dalam sungai karena tersangkut pada pengaman jembatan. Sebuah mobil kijang BK 432 LF, Jumat (4/2) juga terperosok ke dalam lubang jembatan sehingga terpaksa dibantu warga yang melintas untuk mengangkatnya. Warga berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan tersebut sehingga warga nyaman saat melakukan aktifitas sehari-hari.(md)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 18 Maret 2011

Rumah Warga Bandar Khalifah Terancam Ambruk

Abrasi Krueng Kaloi
Fri, Feb 4th 2011, 08:44


Warga memperhatikan badan jalan yang digerus erosi Krueng Balee, Kecamatan Tangse, Pidie. Sejak sepuluh tahun terakhir erosi di sungai tersebut semakin memprihatinkan. Sekitar 157 ha lahan persawahan di sepanjang sungai itu terancam amblas. Foto direkam Kamis (3/2). SERAMBI/IDRIS ISMAIL

KUALA SIMPANG - Belasan rumah warga yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Kaloi, Desa Bandar Khalifah, Kecamatan Tamiang Hulu, Aceh Tamiang terancam ambruk akibat abrasi tebing sungai. Bahkan saat ini ada bangunan sekolah yang jaraknya hanya tinggal tiga meter dari tebing sungai.

Datok Bandar Khalifah, Kasimin kepada Serambi, Kamis (3/1) mengatakan, tebing sungai yang terancam abrasi sebanyak tiga titik berada di Dusun Mawar Jaya, Khalifah Jaya, dan Sidodadi sepanjang dua kilometer.

Saat ini abrasi sudah mengancam pemukiman penduduk. Ada belasan rumah warga yang berjarak tujuh meter lagi dari tebing sungai. Sementara dengan pasar peukan hanya berjarak lima meter. Dan kondisi yang mengkhawatirkan jarak tebing sungai tinggal tiga meter dari rumah sekolah. “Dengan taman pengajian anak hanya berjarak satu meter dari tebing,” ujarnya.

Selain mengancam pemukiman warga setiap tahun rumah penduduk juga langganan banjir karena air sungai meluap dari tebing sungai tersebut. Bahkan saat ini abrasi sungai sudah mengancam titi gantung, jalan satu-satunya yang jarak tempuhnya dekat dari desa menuju ibu kota Kecamatan Pulau Tiga.

Pada tahun 2006, pemerintah sudah membuat skrip di tebing sungai tersebut. Namun di penghujung tahun dihantam banjir bandang sehingga skrip tersebut rusak dan tidak berfungsi lagi. “Kami berharap pemerintah segera membangun bronjong di tebing sungai tersebut untuk mengantisipasi pemukiman warga dihantam erosi,” kata Datok Kasimin.(md)

Sumber : Serambinews.com

Jalan di Lima Desa di Banda Pusaka Rusak

* Hasil Pertanian Sulit Dipasarkan
Fri, Feb 4th 2011, 08:33

KUALA SIMPANG - Hasil pertanian di lima desa dalam Kecamatan Banda Pusaka, Aceh Tamiang sulit dipasarkan karena jalan yang melintasi ke lima desa ini rusak dan berkubang. Sementara ongkos angkutan naik dua kali lipat karena truk harus ditarik menggunakan mobil “grandong” (mobil gerdang dua).

Sekretaris Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Bandar Pusaka, M Hendra kepada Serambi, Kamis (3/1) mengatakan, lima desa yang terparah mengalami kerusakan jalan meliputi Desa Rantau Bintang, Desa Pante Cempa, Desa Pengidam, Desa Bengkelang, dan Desa Batu Bendulang.

“Banyaknya badan jalan yang rusak sangat menyulitkan petani mendistribusikan hasil buminya ke luar kecamatan. Ditambah lagi, biaya angkut hasil pertanian juga lebih tinggi,” kata Hendra.

Hendra mencontohkan, untuk mengangkut getah karet, pisang, pinang, dan coklat petani harus mengeluarkan biaya angkutan sebesar Rp 1 juta. “Untuk biaya mobil angkutan Rp 500 ribu ditambah Rp 500 ribu untuk biaya tarik truk yang terperosok di jalan berkubang menggunakan mobil “grandong” dan menggunakan wing (alat penarik jenis katrol),” ujarnya.

Untuk mengangkut buah kelapa sawit, petani harus menggeluarkan biaya angkutan sebesar Rp 80/kg ditambah dengan biaya tarik sebesar Rp 500 ribu. Pada saat musim penghujan jalan bertambah rusak bagaikana kubangan kerbau. Kondisi ini membuat petani tidak dapat memasarkan hasil produksi pertanian karena jalan tidak bisa dilalui sehingga sebagian besar hasil panen membusuk. “Musim penghujan jalan rusak hasil panen membusuk membuat petani merugi,” ujarnya lagi.

Kecamatan Bandar Pusaka salah satu kecamatan terparah yang terkena dampak banjir bandang tahun 2006. Selain merusak permukiman, banjir bandang juga merusak mata pencaharian warga yang mayoritas bergerak di bidang pertanian dan juga merusak infrastruktur jalan yang ada di desa.

Kondisi jalan rusak sebut Hendra, mempengaruhi kegiatan warga terutama aktivitas pengangkutan hasil bumi. “Murid sekolah saat menuju sekolah harus menggunakan celana pendek dahulu sebelum berangkat kesekolah karena jalan yang dilalui seperti kumbangan kerbau,” sebutnya.

Beberapa waktu lalu, Datok Penghulu kelima desa melalui Camat sudah meminta kepada Bupati segera memperbaikan jalan yang rusak. “Pascabanjir bandang Desember 2006, belum ada perbaikan jalan di lima desa tersebut baik bersumber dana APBK, APBA maupun dana APBN. Warga berharap Pemkab Tamiang dan Pemerintah Aceh dapat memperbaikin jalan yang melintasi lima desa tersebut,” ujar Hendra.(md)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 14 Maret 2011

Puluhan Hektare Sawah Ditelantarkan

Mon, Jan 31st 2011, 21:03

KUALA SIMPANG - Sedikitnya 70 hektare sawah milik warga Desa Banda Setia, Kecamatan Tamiang Hulu, Aceh Tamiang, tak bisa difungsikan. Pasalnya areal persawahan tersebut sering direndam banjir akibat meluapnya Alur Itam.

Datok Kampong Bandar Setia, Jamaluddin, mengatakan, Alur Itam sepanjang 14 kilometer yang melintas desa mereka, kondisinya semakin dangkal dan menyempit. Itu disebabkan erosi lahan perkebunan sawit yang ada di sekitar desa.

Akibatnya, air yang ada di alur mudah meluap ke permukiman warga. Dampaknya, selain rumah penduduk, lahan pertanian warga juga sering terendam banjir.(muhammad nasir)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 06 Maret 2011

Lima Perusahaan Perbaiki Jalan Rantau

Thu, Jan 27th 2011, 08:41

KUALA SIMPANG – PT Pertamina EP Field Rantau, Aceh Tamiang bersama empat perusahaan lainnya, PT Mopoli Raya, PT Betami, PT BDL, PT Parasawita membantu memperbaiki jalan Kecamatan Rantau sepanjang 2.025 meter dengan menggunakan material semen swell.

Humas PT Pertamina EP Field Rantau, Ahmad Jabbar SH MHum kepada Serambi, Rabu (26/1) mengatakan, perbaikan jalan Kecamatan Rantau yang dilakukan lima perusahaan secara patungan salah satu bukti kepedulian perusahaan terhadap warga sekitarnya. “Bantuan tersebut merupakan bukti kelima perusahaan peduli terhadap warga sekitarnya,” ujarnya.

Field Manager PT Pertamian EP Rantau, Ir Irwansyah MM menambahkan, dengan diperbaikinya jalan tersebut akan bermanfaat untuk kelancaran aktifitas warga sehari-hari.

Secara simbolis pengerjaan perbaikan jalan dilakukan oleh Bupati Aceh Tamiang Drs Abdul Latief didampingi Ketua DPRK Ir Rusman, Kapolres AKBP Drs Armia Fahmi, Dandim 0104/ Atim Letkol. Piek Budyakto, Kejari Kuala Simpang M. Basyar Rifai, serta pimpinan lima perusahaan.

Sebelumnya, warga sekitar dan pengguna jalan kecamatan Desa Alur Manis mengeluh akibat jalan rusak sejak pertengahan tahun 2009 sampai Maret 2010 kondisi jalan dari Simpang Lima Rantau sampai Simpang Tiga Opak Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, berlubang dan berdebu.

Pemuda Rantau, Sugiono (30) ketika itu mengatakan, kerusakan jalan tersebut sering mengakibatkan kecelakaan lalu lintas karena debu yang tebal mengganggu pandangan dan konsentrasi pengemudinya. “Penyebab kerusakan jalan karena tingginya frekuensi kendaraan besar pengangkut hasil bumi maupun mobilitas alat berat milik perusahaan,” katanya.

Selain itu, selama ini perawatan jalan secara berkala juga jarang dilakukan, termasuk pembangunan drainasenya. Beberapa titik jalan tergenang jika hujan turun, kondisi itu membuat aspal lebih mudah mengelupas.(md)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 03 Maret 2011

Bertahun-tahun Warga Pandan Sari Konsumsi Air Asam

Mon, Jan 24th 2011, 08:34

KUALA SIMPANG - Warga Desa Pandan Sari, Kemukiman Gunung Mesjid, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang, sejak beberapa tahun lalu mengkonsumsi air yang mengandung zat asam. Warga berharap Pemkab Tamiang maupun donatur, membantu membangun sumur bor di desa mereka.

Community Mobilizer Logika Dua, Izzuddin kepada Serambi, Minggu (23/1) mengatakan, adanya warga yang telah lama mengkonsumsi air mengandung zat asam, terungkap dalam pertemuan antara warga dengan pihak LSM Logica. “Warga mengeluh sudah bertahun-tahun mengkonsumsi air yang tidak layak minum, karena mengandung zat asam,” ujarnya.

Untuk menghilangkan zat asam yang terkandung dalam air, warga menyaringnya dengan sistim tradisional. Namun zat asam yang hilang hanya bersifat sementara setelah itu muncul kembali.

Kondisi yang sama juga terjadi di Desa Benteng Anyer, sebagian sumber air dari sumur tanah warga juga mengadung zat asam. “Memang di sekitar pemukiman warga terdapat kebun sawit milik perusahaan perkebunan, namun sampai saat ini belum diketahui penyebab kenapa air sumur di sana asam,” kata dia.

Izuddin yang didampingi Kordinator Logica Dua Manyak Payed, Faisal Radli, menambahkan, air yang mengandung zat asam berbahaya bagi kesehatan, berpengaruh terhadap pencernaan, dan bisa menyebabkan gangguan lambung serta ginjal. “Dari hasil pertemuan dengan warga, mereka sangat berharap pemerintah maupun para dermawan agar membangun sumur bor di desa mereka, sehingga warga mendapatkan air bersih yang layak konsumsi,” ujar Izuddin.(md)

Sumber : Serambinews.com

Perampas Sawit Dibekuk Polisi

Fri, Jan 21st 2011, 08:22

KUALA SIMPANG–Polsek Kejuruan Muda berhasil menangkap dua tersangka perampas tandan buah sawit (TBS) milik perusahaan PT Alur Gantung. Kedua pelaku masing-masing Dahlan bin Ali Basyah (50) warga Desa Bundar, Karang Baru, dan M Nasir warga Gang Aceh Lorong II, Dusun A Rahim, Kuala Simpang, dibekuk polisi di Kota Kuala SImpang, Kamis (20/1) pukul 11.00 WIB. Tersangka dan barang bukti berupa mobil Toyota Inova warna putih BK 9125 MH dan buah sawit diamankan di Mapolsek Kejuruan Muda.

Kapolres Aceh Tamiang AKBP Drs Armia Fahmi melalui Kapolsek Kejuruan Muda, Ipda Surya Purba kepada Serambi, Kamis (10/1) mengatakan, kedua tersangka dalam menjalankan aksinya menggunakan mobil Inova mendatangi tempat menumpukan (loading) buah sawit milik PT Alur Gantung.

Tiba di lokasi yang dituju, tersangka langsung menyerempet dan menghentikan kombek, mobil angkut sawit perusahaan. Kemudian, seorang dari tersangka keluar dari mobil Inova dan langsung meminta dua buah sawit kepada supir kombek. Karena milik perusahaan, supir kombek tidak berani memberikan hingga supir tersebut dipukul tersangka. “Nggak kau kasih nanti kutembak kau,” ujar Kapolsek, meniru ucapan korban.

Setelah mengambil lima tandan sawit kemudian dimasukkan dalam mobil Inova dan langsung tancap gas ke arah Kuala Simpang. Namun, setelah mendapat pengaduan dari korban, polisi langsung melakukan pengejaran terhadap mobil warna putih itu, sehingga kedua tersangka berhasil dibekuk di Kota Kuala Simpang.

Saat ini, kedua tersangka dan barang bukti berupa mobil Toyota Inova warna putih plat BK 9125 MH, dan buah sawit diamankan di Mapolsek Kejuruan Muda untuk penyelidikan lebih lanjut.(md)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 24 Januari 2011

Dongkrak PAD : Pemkab Tamiang Buka Kebun Daerah

Mon, Jan 10th 2011, 08:33

KUALA SIMPANG - Pemkab Aceh Tamiang pada tahun 2011 akan membuka perkebunan karet milik pemerintah daerah seluas 150 hektare guna mendongkrak pendapatan daerah.

Wakil Bupati Aceh Tamiang, H Awaluddin SH SPn MH kepada Serambi, Minggu (9/1) mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir Pemkab Tamiang terus menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ditargetkan Rp 20 milar lebih. Hal ini dilakukan mengingat penerimaan daerah dari hasil dana perimbangan daerah terus menurun. “Kita terus mengupayakan sumber pendapatan baru yang belum tergali,” ujarnya.

Ia mengatakan, pemerintah daerah akan membuka unit usaha milik daerah yang berorientasi profit. “Tahun 2011 kita buka perkebunan karet seluas 150 hektare yang dananya bersumber dari dana Otsus dan dana tambahan hasil migas,” ujarnya.

Awaluddin menambahkan, program pembangunan perekonomian seperti pengembangan sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan dijadikan target untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan pengurangan angka pengangguran. “Sektor pertanian penyumbang terbesar PDRB Aceh Tamiang karena mayoritas kepala keluarga bekerja pada sektor ini,” ujarnya.

Penguatan di bidang ini, kata Wabup, akan dilakukan dengan memberikan bantuan pengembangan usaha seperti bibit tanaman, ternak, perikanan, revitalisasi lahan, perbaikan infrastruktur pertanian, dan kemudahan akses pasar. “Kita juga menjalin kerja sama dengan mitra kerja untuk pelaksanaan peremajaan kebun kakao rakyat seluas 500 hektare,” pungkasnya.(md)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 18 Januari 2011

Alat Kelengkapan DPRK Tamiang Disahkan

Thu, Jan 6th 2011, 13:49

KUALA SIMPANG - Setelah sempat terjadi tarik menarik tentang komposisi alat kelengkapan dewan, akhirnya dalam sidang paripurna DPRK Tamiang, Kamis (6/1) siang disahkan. Sebanyak 4 orang dari Fraksi demokrat, 9 orang dari Fraksi Muda Sedia, tujuh darifraksi Partai Aceh, bersedia mengisi Banleg, Banmus, Bangar, dan BKD. (Muhammad Nasir)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 06 Januari 2011

83 Desa di Tamiang Masih Terisolir

* 2011 Pemkab Fokus Buka Isolasi
Fri, Jan 7th 2011, 09:18

KUALA SIMPANG – Sebanyak 83 dari 213 desa yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang masih tergolong tertinggal dan tersisolir karena sejumlah infratruktur jalan dan jembatan belum terbangun. Untuk tahun 2011 Pemkab Aceh Tamiang fokus membuka isolasi untuk kawasan tersebut.

Wakil Bupati Aceh Tamiang, H Awaluddin SH SPn MH dalam pandangan umum anggota dewan tentang rancangan kebijakan umum APBK (KUA) Tamiang tahun 2011 pada rapat paripurna ke tiga DPRK Aceh Tamiang, Kamis (6/1) mengatakan, pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan tahun 2011 dititikberatkan pada implementasi ‘strategi pemihakan’.

“Maksudnya pembangunan infrastruktur lebih kita fokuskan untuk membuka isolasi bagi desa–desa yang selama ini terkesan kurang terlayani,” ujarnya. Wabup mengatakan, dari 213 desa di Tamiang, 83 desa di antaranya tergolong kawasan tertinggal yang harus menjadi perhatian semua pihak. Seperti peningkatan kualitas jalan, dan pembangunan jembatan baru pada jalur strategis yang menghubungkan kawasan tertinggal akan dikerjakan tahun 2011.

“Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang jalan dan jembatan akan digunakan untuk membangun dua jembatan utama pada jalur Desa Lubuk Sidup, Kecamatan Sekrak sampai Desa Babo, Kecamatan Bandar Pusaka,” katanya.

Dia menambahkan, selain dana bersumber dari Otsus dan tambahan bagi hasil migas juga dialokasikan dana Rp 30 miliar untuk pembangunan infrastruktur guna membuka kawasan terisolir.

“Pembanguna ini kita harapkan akan menjadi pendorong percepatan pertumbuhan ekonomi warga terutama dari sektor pertanian, perkebunan dan perikanan. Di samping peningkatan jalan dan jembatan juga akan dilakukan perawatan dan rehabilitasi beberapa ruas jalan utama di Kota Kuala Simpang dan Karang Baru,” tambahnya.

Mengenai pelayanan publik, tambah Wabup, agar mampu menuhi harapan masyarakat, salah satu cara yang ditempuh Pemkab dengan melakukan pendekatan pelayanan kepada warga sehingga pelayanan menjadi mudah, cepat dan murah. Langkah awal pihaknya telah mendelegasikan sebagian kewenangan bupati kepada lembaga pemerintahan di bawahnya seperti Kepala Kampong.

Begitu juga untuk menunjang peningkatan pelayanan publik pada SKPD yang terkait langsung dengan pelayanan perizinan seperti pelayanan di bidang administrasi kependudukan, Pemkab Tamiang merencanakan program yang menunjang penataan administrasi kependudukan berupa peningkatan pelayanan publik dalam bidang kependudukan, penyedia informasi yang dapat diakses masyarakat serta perencanaan infrastruktur jaringan on line.

“Ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan bidang komunikasi dan telekomunikasi bagi masyarakat terpencil,” ujarnya lagi. Ia menambahkan, di pemerintahan kecamatan akan diberlakukan standar operasional pelayanan terpadu.(md)

Sumber : Serambinews.com