Selasa, 21 Juni 2011

Kadishut Tamiang Minta PT AS Hentikan Aktifitas

Sat, Apr 23rd 2011, 09:13

KUALASIMPANG – Belasan perwakilan warga dari tiga desa, yaitu Pematang Durian, Kecamatan Sekrak, Desa Wonosari dan Kaloi, Kecamatan Tamiang Hulu, Rabu (20/4) berdelegasi ke Dinas Kehutanan, Aceh Tamiang. Dalam pertemuan itu, Kadishut Syahri SP menyatakan, berkaitan dengan aktifitas perusahaan perkebunan PT Anugerah Sikumur (PT AS) yang dituding telah menyerobot lahan desa telah dilakukan tinjauan lapangan belum lama ini bersama unsur Polres, serta POM Tamiang.

Menurut Syahri, hasil dari tinjauan itu telah dilaporkan ke Bupati Aceh Tamiang dengan rekomendasi agar perusahaan perkebunan itu dihentikan sementara. Sedangkan menyangkut dengan proses hukum, sepenuhnya diserahkan kepada pihak Polres Aceh Tamiang. Sedangkan PT MPLI yang juga dituding menyerobot lahan warga di Kecamatan Tamiang Hulu, menurut Syahri, juga sudah dilaporkan dan meminta klarifikasi dari BPN Aceh yang mengeluarkan HGU di luar areal penglepasan kawasan hutan. “Semua aktivitas perusahaan perkebunan itu kita minta dihentikan dulu sampai semua persoalan jadi jelas,” pungkas Syahri.

Sedangkan dalam pertemuan itu masyarakat dari desa pedalaman itu meminta minta ketegasan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tamiang terhadap penyerobotan lahan oleh perusahaan perkebunan itu. Masyarakat yang juga didampingi oleh Direktur Eksekutif LSM Lembahtari, Sayed Zainal M SH, juga menyampaikan berbagai keluhan menyangkut dengan kehadiran perusahaan perkebunan di desa mereka.

Tokoh masyarakat Desa Pematang Durian, Jamaluddin mengatakan, desanya berdiri sejak tahun 1965, saat itu batas desa dari Bukit Panjang, Tualang Kedal dan Bukit Alur. Namun sejak masuk PT AS, setengah lahan dari desa dijadikan areal perkebunan. “Entah bagaimana cara, sehingga sebagian lahan desa telah diklaim sebagai lahan perkebunan. Kami berharap Pemkab cepat menyelesaikan masalah tersebut,” pintanya.

Hal serupa juga dilaporkan Nono, tokoh pemuda Desa Wonosari, Kecamatan Tamiang Hulu. Katanya, PT Sinar Kaloy Perkasa Indo (SKPI) juga telah membabat lahan milik rakyat dari program tanaman karet yang dibuat Dishutbun Aceh Tamiang. Selain itu, hutan yang di garap juga masuk dalam kawasan Konservasi Gunung Titi Akar yang telah ditetapkan oleh Dishutbun dan DPRK.

Sedangkan Aswan, seorang tokoh dari Kaloy juga mengungkapkan, PT MPLI juga telah menyerobot lahan milik warga yang sudah ditanami karet dan sawit. Katanya, perusahaan juga memindahkan patok yang dipasang oleh BPN dengan tujuan untuk melebarkan lahan HGU. “Kami minta sikap tegas Pemkab Aceh Tamiang untuk menghentikan aktifitas perusahaan perkebunan itu, sehingga persoalan dapat diselesaikan,” ujarnya.(md)

Sumber : Serambinews.com

Duel Maut Dengan Babi, Ibrahim Kritis

Mon, Apr 18th 2011, 08:18

Ibrahim (31), warga Gampong Matang Teupah, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, menjalani perawatan intensif di IGD RSUD Langsa. Dirinya terlibat duel maut dengan seekor babi hutan yang turun ke desanya, Minggu (17/4) sekitar pukul 10.00WIB Siang, hingga mengalami luka serius. PROHABA/ZUBIR

LANGSA – Pemuda Ibrahim (31), warga Gampong Matang Teupah, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, Minggu (17/4) sekitar pukul 10.00 WIB, terlibat duel maut dengan seekor babi hutan. Akibatnya korban sekarat dan mengalami luka parah dan terpaksa dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Langsa. Pasca insiden itu, babi hutan tersebut berhasil dibunuh warga setempat.

Korban, Ibrahim, ketika berada di IGD Ruma Sakit Umum Daerah (RSUD) Langsa, kepada Prohaba, Minggu (17/4), mengatakan, pada awalnya sekitar pukul 10.00 WIB, korban Ibrahim yang sedang berjalan kaki di sekitar permukiman warga di Gampong Matang Teupah, tiba-tiba melihat tiga orang anak-anak berlarian ketakutan.

Ternyata ketiganya sedang lari pontang panting karena diburu oleh seorang babi hutan ukuran besar. “Waktu itu jarak babi hutan itu dengan tiga anak tersebut ada sekitar 10 meter jauhnya, sehingga sambil berlari mereka akhirnya berhasil menyelamatakan diri naik ke atas pohon. Namun saat itu babi hutan tersebut bukannya pergi, tetapi tetap terus menunggu anak-anak itu di bawah pohon,” katanya.

Melihat hal itu, korban Ibrahim mendekat ke lokasi untuk mengusir babi hutan bertubuh besar dan memiliki taring panjang. Korban datang dengan cangkul di tangan. Namun babi hutan bukannya takut, tapi malah balik menyerang korban, sehingga terjadilah duel maut antara kedua makhluk Allah itu.

Dalam adegan perkelahian itu korban sempat terkena gigitan taring tajam babi hutan tersebut hingga mengalami luka serius. Luka serius yang dialami korban diantaranya, paha kiri harus mendapatkan jahitan hingga puluhan jahitan. Selain itu, lengan kanan dan telapak tangan kiri korban juga mengalami luka gigitan babi tersebut.

Menurut korban, ketika korban sedang sekarat tiba-tiba muncul sejumlah pemuda yang langsung memberikan pertolonga pada korban, dan berhasil mengusir babi hutan tersebut. Selanjutnya pada hari itu juga, puluhan warga langsung melakukan penyisiran dan berhasil melumpuhkan babi hutan tersebut.

Saat ini korban telah dirawat di RSUD Langsa untuk menjalani proses penyembuhan luka parah akibat duel mautnya dengan babi hutan, yang sejak sepekan terakhir berada di Gampong Matang Teupah.(c42)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 06 Juni 2011

Rawan Banjir, Tamiang Butuh Depot Logistik

Tue, Apr 5th 2011, 16:54

KUALA SIMPANG - Tiga kecamatan di Aceh Tamiang, Banda Pusaka, Tamiang Hulu, dan Tenggulun, rawan terjadi banjir yang memutuskan hubungan jalan darat. Akibatnya di ketiga kecamatan itu butuh depot logistik bencana sehingga penanganan awal bencana dapat teratasi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tamiang, Zagusli, kepada Serambinews.com, Selasa (5/4/2011), mengatakan, belajar dari pengalaman terjadi banjir di Tamiang depot logistik bencana sangat dibutuhkan untuk penanggulangan awala bencana. Ketiga daerah ini ketiga terjadi banjir memutuskan hubungan jalan darat sementara dari jalur sungai rawan untuk di tempuh.
Disamping itu, keberadaan depot logistik bencana akan memudahkan pemetaan peta bencana disetiap kecamatan secara lebih detil. Kecamatan yang rawan banjir lainnya di Tamiang, Manyak Payed dan Bendahara,” demikian Zagusli (muhammad nasir)

Sumber : Serambinews.com

Terkait Sengketa Gua Kapal, Pemkab Tamiang dan Langkat Sumut Sepakat Bermusyawarah

Tue, Apr 5th 2011, 08:33

KUALA SIMPANG - Pemkab Aceh Tamiang dan Pemkab Langkat, Provinsi Sumatera Utara sepakat akan menyelesaikan sengketa sarang burung walet Gua Kapal secara musyawarah berpedomana pada peta topografi TNI angkatan darat tahun 1978, dan sejarah serta batas alam yang diakui masyarakat setempat.

Sekretarsi Daerah (Sekda) Aceh Tamiang, Saiful Bahri SH kepada Serambi, Senin (4/4) mengatakan, sengketa sarang burung walet gua kapal Tenggulun yang telah menahun akan diselesaikan secara musyawarah dengan Pemkab Langkat Provinsi Sumut. “Kita telah sepakat untuk menyelesaikan masalah sengketa Gua Kapal Tenggulun dengan Pemkab Langkat secara bermusyawarah berdasarkan fakta-fakta berupa peta topografi TNI tahun 1978,”ujar Saiful Bahri.

Bahkan, tambah Saiful Bahri, pada Selasa (29/3) lalu Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam telah memanggil pejabat dari Pemkab ACeh Tamiang dan Pemkab Langkat Sumut guna membicarakan masalah penyelesaian sengketa sarang walet Gua Kapal tersebut.

“Pada dasarnya antara Kabupaten Langkat dan Aceh Tamiang tidak berselisih, sehingga pemasangan patok yang telah dilakukan setahun lalu tetap dilanjutkan dengan mengabaikan SK Dirjen DPHKA yang baru itu,” tambah Sepriyanto lagi.

Pedoman pemasangan pilar tapal batas berdasarkan peta fotografi TNI AD tahun 1978 yang menjadi standar nasional dan berpedoman pada sejarah dan batas alam yang diakui masyarakat setempat. Dengan dilakukan pemasangan pilar batas utama (PBU) di kawasan Aceh Tamiang, nantinya akan jelas batas wilayah kedua provinsi bertetangga tersebut.(md)

Sumber : Serambinew.com

Rabu, 01 Juni 2011

Abrasi Sungai Kampong Mulai Hantam Warga

Thu, Mar 31st 2011, 09:02


Abrasi Sungai Tamiang kian mengganas. Warga berharap pemerintah membangun tanggul di sepanjang tebing sungai tersebut. Foto direkam Rabu (30/3). SERAMBI/M NASIR

KUALA SIMPANG–Pemkab Aceh Tamiang dinilai kurang peduli terhadap abrasi Sungai Kampong (desa) Selamat, Kecamatan Tenggulun, Aceh Tamiang yang semakian parah. Setiap hari erosi menghantam pemukiman warga. Kondisi ini sudah terjadi sejak 15 tahun yang lalu, sehingga mengkhawatirkan puluhan warga yang rumahnya berdekatan dengan tebing sungai.

Datok Kampong Seulamat, Poniran kepada Serambi, Rabu (30/3) mengatakan, abrasi Sungai Selamat sudah terjadi sejak 15 tahun yang lalu. Saat itu jarak tebing sungai dengan rumah warga sekitar 100 meter, namun saat ini jaraknya tinggal delapan meter. Berulang kali warga sudah mengusulkan proposal pembangunan bronjong tebing sungai kepada pemerintah, namun sampai saat ini belum ada tanggapan.

Bukan saja pemukiman warga yang terancam, setengah badan jalan desa juga sudah runtuh. Abrasi sungai sudah mencapai 650 meter. “Setiap hujan tebing sungai runtuh, terlebih kalau hujan lebat tanah yang runtuh besar-besar,” ujarnya.

Warga yang tidak terbiasa melewati jalan tersebut dipastikan tidak berani melewatinya terlebih bagi kenderaan yang membawa muatan barang. “Mau tidak mau warga harus melewati jalan tersebut, karena tidak ada jalan lain,” ujarnya.

Sudah dua warga menjadi korban jatuh ke dalam jurang bersama sepeda motornya ke dalam sungai sejauh 15 meter. “Untung orang Desa Selamat bisa berenang sedikit-sedikit, kalau warga luar desa lain tidak berani jamin selamat karena kondisi air sungai dalam,” ujarnya.

Mereka sangat mengharapkan agar Pemerintah Aceh turun tangan membangun bronjong sungai untuk mengantisipasi runtuhan tanah tebing sungai lebih jauh lagi, karena jaraknya saat ini sangat dekat dengan rumah penduduk. Pembangunan tersebut selain mengantisipasi terjadinya longsor juga diharapkan menanggulangi reruntuhan pemukiman penduduk.

“Saya sangat mengharapkan pembangunan brojong dibangun secepatnya, apalagi musim hujan yang tidak menentu dapat meruntuhkan lahan pemukiman warga yang berada di bantaran sungai,” ujar Amat, warga lainnya.(md)

Sumber : Serambinews.com