Senin, 28 Maret 2011

Warga Kuala Penaga Minta Dibangun Jalan

Bertahun-tahun Terisolir
Thu, Feb 17th 2011, 08:41

KUALA SIMPANG - Warga Kampung Kuala Penaga, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang telah bertahun-tahun terisolir. Untuk pergi atau pulang ke rumah, warga di sana terpaksa menggunakan sampan melayari sungai. Warga meminta Pemkab Tamiang membuka jalan darat menuju desa mereka.

Datok Penghulu Kuala Penaga, T Saiful Efendi kepada Serambi, Rabu ( 16/2) mengatakan, Kuala Penaga terletak di pesisir pantai Selat Malaka dan saat ini sudah direlokasi ke kawasan Alur Nireh. Bertahun-tahun lamanya warga desa ini hidup terisolir. Selain tak ada prasarana transportasi jalan darat, di desa ini juga tak memiliki listrik.

Menurut Saiful, untuk membuka keterisolasian tersebut perangkat kampung sudah mengusulkan kepada Pemerintah Aceh agar membuka jalan tembus dan adanya jaringan listrik PLN di desa mereka.

“Satu-satunya sarana transportasi menuju Desa Kuala Penaga melalui jalur sungai, dengan ongkos Rp 5.000 per orang, dan waktu tempuh selama satu jam. Tapi berangkatnya tidak tiap jam karena boat menunggu orang banyak baru bisa berangkat,” katanya.

Sementara mengenai listrik, sejak pindah ke lokasi yang baru di Alur Nireh, hingga kini penduduknya belum menikmati adanya penerangan dari PLN. Warga sangat menginginkan jaringan listrik masuk ke desa mereka karena selama ini penduduk menjalani malam tanpa adanya penerangan yang baik.

Lebih sedih lagi anak-anak belajar dan mengaji pada malam hari menggunakan penerangan lampu tenaga surya yang terbatas daya tahannya. “Penerangan tenaga surya daya tahannya sangat terbatas, sehingga aktifitas malam tidak bisa dilakukan,” ujarnya lagi. Memang, kata Saiful, ada juga warga yang menggunakan mesin listrik milik pribadi tapi sangat mahal biayanya, Rp 4.000 untuk satu bola lampu.

Mobilizer Program Logica2 Desa Kuala Penaga, Erwan yang selama ini mendampingi perberdayaan warga Kuala Penaga, mengatakan, kebutuhan yang sangat mendesak untuk Kampung Kuala Penaga adanya jaringan listrik PLN dan jalan tembus darat.

”Dengan adanya PLN dan jalan tembus warga akan mudah membawa ke luar hasil laut untuk dipasarkan sehingga pendapatan ekonomi warga meningkat. Untuk pemasangan jaringan lisrtrik pihak PLN hanya memerlukan sebanyak 150 tiang listrik mencapai lokasi perumahan Kuala Penaga,” katanya.(md)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 22 Maret 2011

Jembatan Meurandeh Ditopang Pohon Kelapa

Dua Kali Ambruk
Fri, Feb 11th 2011, 08:50

Jembatan Desa Meurandeh, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang kondisinya rusak parah. Sebagian besar tiang penyangga dan besi jembatan diganti warga dengan pohon kelapa. Meski sudah dua kali ambruk ke sungai namun sampai saat ini jembatan itu belum diperbaiki oleh pemerintah. Foto direkam Kamis (10/2). SERAMBI/M NASIR

KUALA SIMPANG – Sudah dua kali ambruk ke sungai namun sampai saat ini pemerintah belum juga memperbaiki sebuah jembatan di Kampong Meurandeh, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang, sepanjang 100 meter. Kondisi jembatan itu memprihatinkan. Sebagian besar tiang penopang jembatan dipasang batang pohon kelapa oleh warga.

Pantauan Serambi, Kamis (10/2), besi H bagian bawah jembatan di beberapa bagian ada yang putus dan berkarat digantikan batang pohon kelapa. Begitu juga tiang penyangga ke sungai. Salah satu pondasi di ujung jembatan tidak ada lagi sudah rubuh ke sungai. Bagian sebelah kanan jembatan besi pengaman juga tidak ada.

Ketua Pemuda Kampong Meurandeh, Marzuki (30) mengatakan, pertama kali jembatan itu ambruk pada tahun 2006 akibat besi H berkarat dan putus. Kemudian secara swadaya masyarakat meperbaikinya dengan menyambung besi H yang putus dengan pohon kelapa. Begitu juga dengan tiang penyangga jembatan juga diganti dengan pohon kelapa yang dibeli Rp 300 ribu per batang.

Akhir Desember 2010 untuk kedua kalinya jembatan tersebut ambruk. Bagian ujung jembatan, rubuh ke dalam sungai. Agar bisa melewati jembatan tersebut, warga secara bergotong royong kembali memperbaikinya. Besi yang patah diganti dengan batang pohon kelapa dan menimbun bagian ujung jembatan dengan tanah. Kini kondisi ujung jembatan menurun dan melengkung.

Jembatan tersebut merupakan salah satu infrastruktur yang menghubungkan Desa Meurandeh dengan desa lainnya untuk mengeluarkan hasil bumi dan tangkapan laut. Truk yang berani melewati jembatan tersebut hanya jenis Chevrolet, sedangkan jenis truk colt tidak ada yang melintas lagi.

Warga sudah berulang kali meminta pemerintah, baik Pemerintah Aceh maupun Pemkab Aceh Tamiang agar segera memperbaiki jembatan tersebut. Namun sampai saat ini belum ada kejelasan. “Jembatan ini sudah tidak layak pakai lagi. Jika tidak segera
diperbaiki, warga khawatir sewaktu-waktu akan memakan korban jiwa,” ujar Marzuki.(md)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 21 Maret 2011

Pengendara Terperosok dan Jatuh ke Sungai

Jembatan Lubuk Gayo Rusak Parah
Sat, Feb 5th 2011, 09:22

KUALA SIMPANG - Jembatan Lubuk Gayo di Desa Meunasah Paya, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang, kondisinya rusak parah. Bahkan bagian ujung jembatan sudah miring sehingga banyak korban yang terperosok dan jatuh ke dalam sungai. Pantauan Serambi, Jumat (4/2), kondisi alas jembatan yang terbuat dari kayu sebagian sudah lapuk dan patah sehingga di beberapa bagian terdapat lubang yang menganga. Begitu juga salah satu ujung jembatan juga terlihat miring karena pondasi jembatan turun.

Bagian sayap jembatan juga terjadi longsor dan memakan badan jalan. Warga yang melintas terpaksa harus berhati-hati jika tidak ingin terperosok dalam lubang dan tercebur ke dalam sungai. Hatta (40) warga Desa Gelanggang Merak mengaku setiap hari melintas jembatan yang rusak tersebut karena merupakan jalan utama kecamatan. Sebagian mobil milik pedagang pada hari pekan di Desa Telaga Muku mau tidak mau harus melewati jembatan tersebut karena jalan melalui dari Sungai Yu terlalu jauh memutar.

“Beberapa waktu lalu salah seorang pedagang yang mengendarai sepeda motor terperosok dan kecebur ke dalam sungai akibat badan jalan menuju jembatan miring sehingga seluruh keranjang pakaian basah,” katanya. Selain itu seorang ibu rumah tangga terperosok ke dalam lubang alas jembatan yang rusak. Pengemudinya terkejut dan terjatuh namun tidak sampai tercebur ke dalam sungai karena tersangkut pada pengaman jembatan. Sebuah mobil kijang BK 432 LF, Jumat (4/2) juga terperosok ke dalam lubang jembatan sehingga terpaksa dibantu warga yang melintas untuk mengangkatnya. Warga berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan tersebut sehingga warga nyaman saat melakukan aktifitas sehari-hari.(md)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 18 Maret 2011

Rumah Warga Bandar Khalifah Terancam Ambruk

Abrasi Krueng Kaloi
Fri, Feb 4th 2011, 08:44


Warga memperhatikan badan jalan yang digerus erosi Krueng Balee, Kecamatan Tangse, Pidie. Sejak sepuluh tahun terakhir erosi di sungai tersebut semakin memprihatinkan. Sekitar 157 ha lahan persawahan di sepanjang sungai itu terancam amblas. Foto direkam Kamis (3/2). SERAMBI/IDRIS ISMAIL

KUALA SIMPANG - Belasan rumah warga yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Kaloi, Desa Bandar Khalifah, Kecamatan Tamiang Hulu, Aceh Tamiang terancam ambruk akibat abrasi tebing sungai. Bahkan saat ini ada bangunan sekolah yang jaraknya hanya tinggal tiga meter dari tebing sungai.

Datok Bandar Khalifah, Kasimin kepada Serambi, Kamis (3/1) mengatakan, tebing sungai yang terancam abrasi sebanyak tiga titik berada di Dusun Mawar Jaya, Khalifah Jaya, dan Sidodadi sepanjang dua kilometer.

Saat ini abrasi sudah mengancam pemukiman penduduk. Ada belasan rumah warga yang berjarak tujuh meter lagi dari tebing sungai. Sementara dengan pasar peukan hanya berjarak lima meter. Dan kondisi yang mengkhawatirkan jarak tebing sungai tinggal tiga meter dari rumah sekolah. “Dengan taman pengajian anak hanya berjarak satu meter dari tebing,” ujarnya.

Selain mengancam pemukiman warga setiap tahun rumah penduduk juga langganan banjir karena air sungai meluap dari tebing sungai tersebut. Bahkan saat ini abrasi sungai sudah mengancam titi gantung, jalan satu-satunya yang jarak tempuhnya dekat dari desa menuju ibu kota Kecamatan Pulau Tiga.

Pada tahun 2006, pemerintah sudah membuat skrip di tebing sungai tersebut. Namun di penghujung tahun dihantam banjir bandang sehingga skrip tersebut rusak dan tidak berfungsi lagi. “Kami berharap pemerintah segera membangun bronjong di tebing sungai tersebut untuk mengantisipasi pemukiman warga dihantam erosi,” kata Datok Kasimin.(md)

Sumber : Serambinews.com

Jalan di Lima Desa di Banda Pusaka Rusak

* Hasil Pertanian Sulit Dipasarkan
Fri, Feb 4th 2011, 08:33

KUALA SIMPANG - Hasil pertanian di lima desa dalam Kecamatan Banda Pusaka, Aceh Tamiang sulit dipasarkan karena jalan yang melintasi ke lima desa ini rusak dan berkubang. Sementara ongkos angkutan naik dua kali lipat karena truk harus ditarik menggunakan mobil “grandong” (mobil gerdang dua).

Sekretaris Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Bandar Pusaka, M Hendra kepada Serambi, Kamis (3/1) mengatakan, lima desa yang terparah mengalami kerusakan jalan meliputi Desa Rantau Bintang, Desa Pante Cempa, Desa Pengidam, Desa Bengkelang, dan Desa Batu Bendulang.

“Banyaknya badan jalan yang rusak sangat menyulitkan petani mendistribusikan hasil buminya ke luar kecamatan. Ditambah lagi, biaya angkut hasil pertanian juga lebih tinggi,” kata Hendra.

Hendra mencontohkan, untuk mengangkut getah karet, pisang, pinang, dan coklat petani harus mengeluarkan biaya angkutan sebesar Rp 1 juta. “Untuk biaya mobil angkutan Rp 500 ribu ditambah Rp 500 ribu untuk biaya tarik truk yang terperosok di jalan berkubang menggunakan mobil “grandong” dan menggunakan wing (alat penarik jenis katrol),” ujarnya.

Untuk mengangkut buah kelapa sawit, petani harus menggeluarkan biaya angkutan sebesar Rp 80/kg ditambah dengan biaya tarik sebesar Rp 500 ribu. Pada saat musim penghujan jalan bertambah rusak bagaikana kubangan kerbau. Kondisi ini membuat petani tidak dapat memasarkan hasil produksi pertanian karena jalan tidak bisa dilalui sehingga sebagian besar hasil panen membusuk. “Musim penghujan jalan rusak hasil panen membusuk membuat petani merugi,” ujarnya lagi.

Kecamatan Bandar Pusaka salah satu kecamatan terparah yang terkena dampak banjir bandang tahun 2006. Selain merusak permukiman, banjir bandang juga merusak mata pencaharian warga yang mayoritas bergerak di bidang pertanian dan juga merusak infrastruktur jalan yang ada di desa.

Kondisi jalan rusak sebut Hendra, mempengaruhi kegiatan warga terutama aktivitas pengangkutan hasil bumi. “Murid sekolah saat menuju sekolah harus menggunakan celana pendek dahulu sebelum berangkat kesekolah karena jalan yang dilalui seperti kumbangan kerbau,” sebutnya.

Beberapa waktu lalu, Datok Penghulu kelima desa melalui Camat sudah meminta kepada Bupati segera memperbaikan jalan yang rusak. “Pascabanjir bandang Desember 2006, belum ada perbaikan jalan di lima desa tersebut baik bersumber dana APBK, APBA maupun dana APBN. Warga berharap Pemkab Tamiang dan Pemerintah Aceh dapat memperbaikin jalan yang melintasi lima desa tersebut,” ujar Hendra.(md)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 14 Maret 2011

Puluhan Hektare Sawah Ditelantarkan

Mon, Jan 31st 2011, 21:03

KUALA SIMPANG - Sedikitnya 70 hektare sawah milik warga Desa Banda Setia, Kecamatan Tamiang Hulu, Aceh Tamiang, tak bisa difungsikan. Pasalnya areal persawahan tersebut sering direndam banjir akibat meluapnya Alur Itam.

Datok Kampong Bandar Setia, Jamaluddin, mengatakan, Alur Itam sepanjang 14 kilometer yang melintas desa mereka, kondisinya semakin dangkal dan menyempit. Itu disebabkan erosi lahan perkebunan sawit yang ada di sekitar desa.

Akibatnya, air yang ada di alur mudah meluap ke permukiman warga. Dampaknya, selain rumah penduduk, lahan pertanian warga juga sering terendam banjir.(muhammad nasir)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 06 Maret 2011

Lima Perusahaan Perbaiki Jalan Rantau

Thu, Jan 27th 2011, 08:41

KUALA SIMPANG – PT Pertamina EP Field Rantau, Aceh Tamiang bersama empat perusahaan lainnya, PT Mopoli Raya, PT Betami, PT BDL, PT Parasawita membantu memperbaiki jalan Kecamatan Rantau sepanjang 2.025 meter dengan menggunakan material semen swell.

Humas PT Pertamina EP Field Rantau, Ahmad Jabbar SH MHum kepada Serambi, Rabu (26/1) mengatakan, perbaikan jalan Kecamatan Rantau yang dilakukan lima perusahaan secara patungan salah satu bukti kepedulian perusahaan terhadap warga sekitarnya. “Bantuan tersebut merupakan bukti kelima perusahaan peduli terhadap warga sekitarnya,” ujarnya.

Field Manager PT Pertamian EP Rantau, Ir Irwansyah MM menambahkan, dengan diperbaikinya jalan tersebut akan bermanfaat untuk kelancaran aktifitas warga sehari-hari.

Secara simbolis pengerjaan perbaikan jalan dilakukan oleh Bupati Aceh Tamiang Drs Abdul Latief didampingi Ketua DPRK Ir Rusman, Kapolres AKBP Drs Armia Fahmi, Dandim 0104/ Atim Letkol. Piek Budyakto, Kejari Kuala Simpang M. Basyar Rifai, serta pimpinan lima perusahaan.

Sebelumnya, warga sekitar dan pengguna jalan kecamatan Desa Alur Manis mengeluh akibat jalan rusak sejak pertengahan tahun 2009 sampai Maret 2010 kondisi jalan dari Simpang Lima Rantau sampai Simpang Tiga Opak Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, berlubang dan berdebu.

Pemuda Rantau, Sugiono (30) ketika itu mengatakan, kerusakan jalan tersebut sering mengakibatkan kecelakaan lalu lintas karena debu yang tebal mengganggu pandangan dan konsentrasi pengemudinya. “Penyebab kerusakan jalan karena tingginya frekuensi kendaraan besar pengangkut hasil bumi maupun mobilitas alat berat milik perusahaan,” katanya.

Selain itu, selama ini perawatan jalan secara berkala juga jarang dilakukan, termasuk pembangunan drainasenya. Beberapa titik jalan tergenang jika hujan turun, kondisi itu membuat aspal lebih mudah mengelupas.(md)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 03 Maret 2011

Bertahun-tahun Warga Pandan Sari Konsumsi Air Asam

Mon, Jan 24th 2011, 08:34

KUALA SIMPANG - Warga Desa Pandan Sari, Kemukiman Gunung Mesjid, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang, sejak beberapa tahun lalu mengkonsumsi air yang mengandung zat asam. Warga berharap Pemkab Tamiang maupun donatur, membantu membangun sumur bor di desa mereka.

Community Mobilizer Logika Dua, Izzuddin kepada Serambi, Minggu (23/1) mengatakan, adanya warga yang telah lama mengkonsumsi air mengandung zat asam, terungkap dalam pertemuan antara warga dengan pihak LSM Logica. “Warga mengeluh sudah bertahun-tahun mengkonsumsi air yang tidak layak minum, karena mengandung zat asam,” ujarnya.

Untuk menghilangkan zat asam yang terkandung dalam air, warga menyaringnya dengan sistim tradisional. Namun zat asam yang hilang hanya bersifat sementara setelah itu muncul kembali.

Kondisi yang sama juga terjadi di Desa Benteng Anyer, sebagian sumber air dari sumur tanah warga juga mengadung zat asam. “Memang di sekitar pemukiman warga terdapat kebun sawit milik perusahaan perkebunan, namun sampai saat ini belum diketahui penyebab kenapa air sumur di sana asam,” kata dia.

Izuddin yang didampingi Kordinator Logica Dua Manyak Payed, Faisal Radli, menambahkan, air yang mengandung zat asam berbahaya bagi kesehatan, berpengaruh terhadap pencernaan, dan bisa menyebabkan gangguan lambung serta ginjal. “Dari hasil pertemuan dengan warga, mereka sangat berharap pemerintah maupun para dermawan agar membangun sumur bor di desa mereka, sehingga warga mendapatkan air bersih yang layak konsumsi,” ujar Izuddin.(md)

Sumber : Serambinews.com

Perampas Sawit Dibekuk Polisi

Fri, Jan 21st 2011, 08:22

KUALA SIMPANG–Polsek Kejuruan Muda berhasil menangkap dua tersangka perampas tandan buah sawit (TBS) milik perusahaan PT Alur Gantung. Kedua pelaku masing-masing Dahlan bin Ali Basyah (50) warga Desa Bundar, Karang Baru, dan M Nasir warga Gang Aceh Lorong II, Dusun A Rahim, Kuala Simpang, dibekuk polisi di Kota Kuala SImpang, Kamis (20/1) pukul 11.00 WIB. Tersangka dan barang bukti berupa mobil Toyota Inova warna putih BK 9125 MH dan buah sawit diamankan di Mapolsek Kejuruan Muda.

Kapolres Aceh Tamiang AKBP Drs Armia Fahmi melalui Kapolsek Kejuruan Muda, Ipda Surya Purba kepada Serambi, Kamis (10/1) mengatakan, kedua tersangka dalam menjalankan aksinya menggunakan mobil Inova mendatangi tempat menumpukan (loading) buah sawit milik PT Alur Gantung.

Tiba di lokasi yang dituju, tersangka langsung menyerempet dan menghentikan kombek, mobil angkut sawit perusahaan. Kemudian, seorang dari tersangka keluar dari mobil Inova dan langsung meminta dua buah sawit kepada supir kombek. Karena milik perusahaan, supir kombek tidak berani memberikan hingga supir tersebut dipukul tersangka. “Nggak kau kasih nanti kutembak kau,” ujar Kapolsek, meniru ucapan korban.

Setelah mengambil lima tandan sawit kemudian dimasukkan dalam mobil Inova dan langsung tancap gas ke arah Kuala Simpang. Namun, setelah mendapat pengaduan dari korban, polisi langsung melakukan pengejaran terhadap mobil warna putih itu, sehingga kedua tersangka berhasil dibekuk di Kota Kuala Simpang.

Saat ini, kedua tersangka dan barang bukti berupa mobil Toyota Inova warna putih plat BK 9125 MH, dan buah sawit diamankan di Mapolsek Kejuruan Muda untuk penyelidikan lebih lanjut.(md)

Sumber : Serambinews.com